Jumat, 23 September 2011

Jumlah Orang Terinfeksi HIV Kian Meningkat Di Bali

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat infeksi HIV/AIDS terbesar di Asia.

Di pulau Bali, jumlah orang yang hidup dengan virus itu hampir berlipat ganda dalam tiga tahun terakhir.

Salah satu kelompok yang paling rentan adalah para pekerja seks, yang terus berupaya supaya para pelanggan mereka menggunakan kondom sebagai pengaman.
Untuk memperingati Hari AIDS Sedunia, reporter Katie Hamann bertemu dengan para bekas pekerja seks dan mereka yang masih menekuni pekerjaan itu untuk mencari tahu bahaya apa yang mereka harus hadapai setiap hari.


Sekarang sudah jam 10 malam lewat di daerah yang dikenal sebagai distrik lampu merah, terletak jauh di belakang jalanan ibukota Denpasar, Bali.

Di dalam satu bar dengan kamar-kamar kecil yang berjajar dan tak berjendela, seorang perempuan tengah bersiap kerja malam ini.

Sebut saja namanya Mona. Dia menjelaskan peraturan utama yang harus dituruti oleh semua pelanggan.
“Sebelum saya masuk, itu sudah saya tawarin pake kondom. Kalau tidak mau saya tolak.”

Mona adalah perempuan cerdas. Ia mengatakan aturan ini berlaku tanpa pengecualian.

Tapi tak semua perempuan percaya diri seperti dia.

Ida, 42 tahun, sudah menjadi pekerja seks selama 13 tahun. Dua tahun lalu ia mengetahui ia mengidap HIV.

“Ada yang begitu, ada yang bilang 'ah biaran gak pakai kondom. Kalau gak mau pake kondom, saya nggak dapat uang begitu.”

Ida juga bekerja sebagai pendidik di Yayasan Kerti Prata, satu organisasi lembaga pemerintah yang mendidik para pekerja seks dan berbagai kelompok yang rentan, soal HIV.
Emily Rowe asal Australia adalah koordinator proyek kelompok itu.

“Orang-orang ini menunggu untuk diskrining dan VCT yaitu tes HIV yang dilakukan dengan sukarela dan konseling.“

Q. Menurut Anda, kalau Bali dibandingkan dengan dearah lain di Indonesia, seberapa siapkah mereka untuk mengakses pelayanan seperti ini dan apakah lebih transparan?

“Lebih gampang di sini, saya tidak tahu kalau ini ada hubungannya dengan penerimaan atau transparansi, tapi nampaknya kami punya akses pendanaan yang lebih banyak dan pemerintah lokal sangat mendukung. Banyak pengidap yang akhirnya tahu kalau mereka positif dengan HIV, ketika mereka di Bali. Meski mereka berasal dari tempat lain, mereka akan tetap tinggal di Bali kareka mereka bisa mendapatkan obat antiretorival secara gratis dan pelayanan yang tidak diskriminatif.”
Kasus HIV pertama yang dilaporkan di Indonesia, terjadi di Bali lebih dari 20 tahun lalu.

Kini pulau Dewata merupakan salah satu dari tiga provinsi lainnya di Indonesia dengan tingkat infeksi yang tertinggi.

Diperkirakan seperempat dari seluruh jumlah pekerja seks Bali positif dengan HIV.

Namun, meski resiko yang sudah jelas, penggunaan kondom masih tergolong rendah di sini. Banyak LSM yang menyalahkan perilaku para lelalaki yang semborono. Karena inilah yang meningkatkan jumlah pengidap karena mereka menularkan penyakit itu kepada para isteri, pasangan dan anak-anak mereka.

Emily Rowe mengatakan sudah jadi rahasia umum kalau para lelaki Indonesia sering pergi ke pekerja seks.

“Ini sudah lelucon yang umum di antara orang Bali dan Jawa; kalau mereka memang suka pergi ke pekerja seks. Khususnya pada malam minggu, Anda bisa lihat para lelaki yang memakai baju tradisional Bali juga pergi ke tempat itu. Ini sudah jadi hal yang lumrah.”

Yayasan Kerti Prata baru saja mulai menargetkan para calon pelanggan lelaki dalam kampanye pendidikan mereka.

Bekas pekerja seks bernama Mamik, seorang pendidik. Ia mengambil pendekatan langsung dalam pekerjaannya.

“Saya ngasih tahu, sebelum ke sana, saya minta izin dulu kepada kepala sana. Waktu sudah banyak kira-kira sudah ngantri suratnya gitu, abis itu saya ngasih tahu sama pelanggan-pelanggan itu. Sebelumnya saya minta maaf, karena saya tunjukkan, bapak itu gak tahu kalau kondisi PSK itu kalau positif itu gimana kalau negatif itu gimana, kan gak tahu bapak-bapak ini. Sedangkan saya positif, kan bapaktidak tahu kalau saya tidak ngasih tahu bapak. Bapak harus, tahu, mengerti, hati-hati. Kasihan sama anak isteri biar nggak menular. Jadi kalau bapak mau jajan sama orang lain harus pakai kondom itu.”

Meski para pekerja di Kerti Parta dan organisasi semang terus berusaha, tingkat infeksi HIV di Bali terus meningkat.

Dalam tiga tahun terakhir jumlah orang yang hidup dengan virus ini hampir berlipat ganda mencapai lebih dari tujuh ribu orang.

Seperti yang dijelaskan Emily Rowe.

“Kami pada dasarnya memberikan kondom kepada para lelaki tapi kami tidak mengerti apa yang terjadi. Setiap minggu ada saja orang yang meninggal dan ini membuat kami tertekan. Keadaanya bertambah buruk.”

Mamik mengatakan sebagian pekerja seks sudah menerima kalau HIV itu sudah jadi bagian dari pekerjaan mereka.
“Ada sebagian orang, sebagian PSK tidak mau memakai kondom memang, juga gak percaya dengan HIV. Saya suruh ajak periksa kesini. Katanya biarlah kalau saya kena HIV, kalau saya mati, saya mati. Udah waktunya mati. Nanti kalau pakai kondom lama mainnya, saya cari uang. Ada sebagian orang seperti itu.”

Kembali ke daerah lampu merah, Mona yang berusia 30 tahun, tidak mau berpikiran seperti itu.

Dia tertekad untuk menjaga kesehatan hanya untuk dua alasan yang bagus.

“Kalau semua itu untuk saya paling takut ya. Makanya saya mencegah karena apa, saya pengen sehat lebih lama buat keluarga dan anak-anak saya.”
Terakhir Diperbaharui ( Senin, 06 Desember 2010 11:18 ) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar