Jumat, 23 September 2011

HIV/AIDS di Bali Meluas ke Pedesaan II

REPUBLIKA.CO.ID,DENPASAR--Penderita HIV/AIDS di Bali kondisinya semakin mengkhawatirkan selain karena jumlah penderitanya terus meningkat, juga penyakit hilangnya kekebalan daya tubuh itu juga kini telah menjangkau daerah pedesaan.

"Bali dari segi jumlah penderita menempati urutan kelima tingkat nasional setelah Jawa Barat, Jawa Timur, Papua dan DKI Jakarta," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Nyoman Suteja didampingi Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dr Ketut Subrata di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, namun dari segi revalensi penderita HIV/AIDS di Bali menempati peringkat kedua tingkat nasional setelah Provinsi Papua. "Revalensi adalah perbandingan kasus yang terjadi dengan jumlah penduduk di wilayah tersebut," ujar Nyoman Suteja.

Penderita HIV/AIDS secara komulatif di Bali hingga Maret 2011 mencapai 4.314 kasus, 381 orang di antaranya meninggal dunia.

Nyoman Suteja menambahkan, dari jumlah penderita penyakit hilangnya kekebalan daya tubuh di Pulau Dewata itu, Kota Denpasar menempati peringkat pertama dengan 1.931 kasus, di antaranya 171 orang meninggal atau persentasenya mencapai 44,76 persen.

Menyusul Kabupaten Buleleng dengan 941 kasus, 53 orang di antaranya meninggal dunia atau 21,81 persen dan Kabupaten Badung pada peringkat ketiga dengan 708 kasus, 67 orang di antaranya meninggal atau 16,41 persen.

Selain itu Kabupaten Jembrana dengan 75 kasus, 17 orang di antaranya meninggal (1,74 persen), Tabanan 237 kasus, 27 orang di antaranya meninggal (5,49 persen) dan Gianyar dengan 200 kasus, 24 orang di antaranya meninggal (4,54 persen).

Sementara di Kabupaten Bangli penderita HIV/AIDS tercatat 50 kasus, tujuh di antaranya meninggal (1,16 persen), Klungkung 58 kasus, tujuh di antaranya meninggal (1,34 persen) dan Kabupaten Karangasem 114 kasus, delapan di antaranya meninggal (2,84 persen).

Dengan demikian perkembangan penyakit HIV/AIDS di Bali sangat pesat yang perlu mendapat perhatian dan penanganan dari semua pihak, khususnya masyarakat dari semua lapisan untuk menghindari perbuatan yang beresiko tinggi, harap Nyoman Suteja
Redaktur: taufik rachman
Sumber: antara

HIV/AIDS di Bali Meluas ke Pedesaan

REPUBLIKA.CO.ID,DENPASAR--Penderita HIV/AIDS di Bali kondisinya semakin mengkhawatirkan selain karena jumlah penderitanya terus meningkat, juga penyakit hilangnya kekebalan daya tubuh itu juga kini telah menjangkau daerah pedesaan.

"Bali dari segi jumlah penderita menempati urutan kelima tingkat nasional setelah Jawa Barat, Jawa Timur, Papua dan DKI Jakarta," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Nyoman Suteja didampingi Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dr Ketut Subrata di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, namun dari segi revalensi penderita HIV/AIDS di Bali menempati peringkat kedua tingkat nasional setelah Provinsi Papua. "Revalensi adalah perbandingan kasus yang terjadi dengan jumlah penduduk di wilayah tersebut," ujar Nyoman Suteja.

Penderita HIV/AIDS secara komulatif di Bali hingga Maret 2011 mencapai 4.314 kasus, 381 orang di antaranya meninggal dunia.

Nyoman Suteja menambahkan, dari jumlah penderita penyakit hilangnya kekebalan daya tubuh di Pulau Dewata itu, Kota Denpasar menempati peringkat pertama dengan 1.931 kasus, di antaranya 171 orang meninggal atau persentasenya mencapai 44,76 persen.

Menyusul Kabupaten Buleleng dengan 941 kasus, 53 orang di antaranya meninggal dunia atau 21,81 persen dan Kabupaten Badung pada peringkat ketiga dengan 708 kasus, 67 orang di antaranya meninggal atau 16,41 persen.

Selain itu Kabupaten Jembrana dengan 75 kasus, 17 orang di antaranya meninggal (1,74 persen), Tabanan 237 kasus, 27 orang di antaranya meninggal (5,49 persen) dan Gianyar dengan 200 kasus, 24 orang di antaranya meninggal (4,54 persen).

Sementara di Kabupaten Bangli penderita HIV/AIDS tercatat 50 kasus, tujuh di antaranya meninggal (1,16 persen), Klungkung 58 kasus, tujuh di antaranya meninggal (1,34 persen) dan Kabupaten Karangasem 114 kasus, delapan di antaranya meninggal (2,84 persen).

Dengan demikian perkembangan penyakit HIV/AIDS di Bali sangat pesat yang perlu mendapat perhatian dan penanganan dari semua pihak, khususnya masyarakat dari semua lapisan untuk menghindari perbuatan yang beresiko tinggi, harap Nyoman Suteja
Redaktur: taufik rachman
Sumber: antara

1.089 PSK di Bali Terinfeksi HIV/AIDS

DENPASAR- Sebanyak 1.089 wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) yang beroperasi di Pulau Bali ditengarai telah terinfeksi HIV/AIDS. Data tersebut dilansir Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali, berdasar hasil penelitian tim dari Kementerian Kesehatan tahun 2010.

Sekretaris KPA Provinsi Bali Made Suprapta memaparkan, perkembangan jumlah penderita HIV/AIDS di Bali sejak tahun 1987 hingga April 2011 tercatat 4,399 orang.  "Rinciannya untuk kasus AIDS 2.183 orang dan kasus HIV 2.216 orang. 373 orang dinyatakan telah meninggal dunia," ujar Suprapta di Denpasar, Kamis (26/05/2011).

Demikian pula, kasus HIV, tercatat 15 orang meninggal dunia. Dengan fakta ini berarti, sejak 1987 kasus HIV/AIDS sudah merenggut 388 nyawa wanita rata-rata usia produktif 20-29 tahun.

“Mengingat jumlah penderita HIV/AIDS dari kelompok PSK sangat tinggi, kami ingatkan pria yang suka ‘jajan’ di tempat-tempat seperti itu mengubah prilaku seksualnya karena bisa membahayakan nyawa," katanya mengingatkan.

Berdasar penelitian pada tahun 2010, PSK yang terinveksi HIV/AIDS itu meliputi 678 orang PSK langsung (beroperasi di lokalisasi) dan 411 orang lagi merupakan PSK tidak langsung," sebutnya.

Sementara jika dilihat dari sebaran penderita HIV/AIDS per kabupaten/kota, Kota Denpasar masih menduduki peringkat pertama dengan jumlah penderita 1.949 orang sedangkan kabupaten Bangli tercatat paling sedikit penderita HIV-nya yakni 51 orang.

Dikatakan, mayoritas penderita HIV/AIDS itu berasal dari kelompok heteroseksual dengan jumlah kasus 3.183 orang, IDU (768), homo/biseks (253), perinatal (108) dan tidak diketahui sumber penularannya 87 kasus. Sampai saat ini, belum ditemukan kasus HIV/AIDS yang penularannya dari transfusi darah.

Jumlah Orang Terinfeksi HIV Kian Meningkat Di Bali

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat infeksi HIV/AIDS terbesar di Asia.

Di pulau Bali, jumlah orang yang hidup dengan virus itu hampir berlipat ganda dalam tiga tahun terakhir.

Salah satu kelompok yang paling rentan adalah para pekerja seks, yang terus berupaya supaya para pelanggan mereka menggunakan kondom sebagai pengaman.
Untuk memperingati Hari AIDS Sedunia, reporter Katie Hamann bertemu dengan para bekas pekerja seks dan mereka yang masih menekuni pekerjaan itu untuk mencari tahu bahaya apa yang mereka harus hadapai setiap hari.


Sekarang sudah jam 10 malam lewat di daerah yang dikenal sebagai distrik lampu merah, terletak jauh di belakang jalanan ibukota Denpasar, Bali.

Di dalam satu bar dengan kamar-kamar kecil yang berjajar dan tak berjendela, seorang perempuan tengah bersiap kerja malam ini.

Sebut saja namanya Mona. Dia menjelaskan peraturan utama yang harus dituruti oleh semua pelanggan.
“Sebelum saya masuk, itu sudah saya tawarin pake kondom. Kalau tidak mau saya tolak.”

Mona adalah perempuan cerdas. Ia mengatakan aturan ini berlaku tanpa pengecualian.

Tapi tak semua perempuan percaya diri seperti dia.

Ida, 42 tahun, sudah menjadi pekerja seks selama 13 tahun. Dua tahun lalu ia mengetahui ia mengidap HIV.

“Ada yang begitu, ada yang bilang 'ah biaran gak pakai kondom. Kalau gak mau pake kondom, saya nggak dapat uang begitu.”

Ida juga bekerja sebagai pendidik di Yayasan Kerti Prata, satu organisasi lembaga pemerintah yang mendidik para pekerja seks dan berbagai kelompok yang rentan, soal HIV.
Emily Rowe asal Australia adalah koordinator proyek kelompok itu.

“Orang-orang ini menunggu untuk diskrining dan VCT yaitu tes HIV yang dilakukan dengan sukarela dan konseling.“

Q. Menurut Anda, kalau Bali dibandingkan dengan dearah lain di Indonesia, seberapa siapkah mereka untuk mengakses pelayanan seperti ini dan apakah lebih transparan?

“Lebih gampang di sini, saya tidak tahu kalau ini ada hubungannya dengan penerimaan atau transparansi, tapi nampaknya kami punya akses pendanaan yang lebih banyak dan pemerintah lokal sangat mendukung. Banyak pengidap yang akhirnya tahu kalau mereka positif dengan HIV, ketika mereka di Bali. Meski mereka berasal dari tempat lain, mereka akan tetap tinggal di Bali kareka mereka bisa mendapatkan obat antiretorival secara gratis dan pelayanan yang tidak diskriminatif.”
Kasus HIV pertama yang dilaporkan di Indonesia, terjadi di Bali lebih dari 20 tahun lalu.

Kini pulau Dewata merupakan salah satu dari tiga provinsi lainnya di Indonesia dengan tingkat infeksi yang tertinggi.

Diperkirakan seperempat dari seluruh jumlah pekerja seks Bali positif dengan HIV.

Namun, meski resiko yang sudah jelas, penggunaan kondom masih tergolong rendah di sini. Banyak LSM yang menyalahkan perilaku para lelalaki yang semborono. Karena inilah yang meningkatkan jumlah pengidap karena mereka menularkan penyakit itu kepada para isteri, pasangan dan anak-anak mereka.

Emily Rowe mengatakan sudah jadi rahasia umum kalau para lelaki Indonesia sering pergi ke pekerja seks.

“Ini sudah lelucon yang umum di antara orang Bali dan Jawa; kalau mereka memang suka pergi ke pekerja seks. Khususnya pada malam minggu, Anda bisa lihat para lelaki yang memakai baju tradisional Bali juga pergi ke tempat itu. Ini sudah jadi hal yang lumrah.”

Yayasan Kerti Prata baru saja mulai menargetkan para calon pelanggan lelaki dalam kampanye pendidikan mereka.

Bekas pekerja seks bernama Mamik, seorang pendidik. Ia mengambil pendekatan langsung dalam pekerjaannya.

“Saya ngasih tahu, sebelum ke sana, saya minta izin dulu kepada kepala sana. Waktu sudah banyak kira-kira sudah ngantri suratnya gitu, abis itu saya ngasih tahu sama pelanggan-pelanggan itu. Sebelumnya saya minta maaf, karena saya tunjukkan, bapak itu gak tahu kalau kondisi PSK itu kalau positif itu gimana kalau negatif itu gimana, kan gak tahu bapak-bapak ini. Sedangkan saya positif, kan bapaktidak tahu kalau saya tidak ngasih tahu bapak. Bapak harus, tahu, mengerti, hati-hati. Kasihan sama anak isteri biar nggak menular. Jadi kalau bapak mau jajan sama orang lain harus pakai kondom itu.”

Meski para pekerja di Kerti Parta dan organisasi semang terus berusaha, tingkat infeksi HIV di Bali terus meningkat.

Dalam tiga tahun terakhir jumlah orang yang hidup dengan virus ini hampir berlipat ganda mencapai lebih dari tujuh ribu orang.

Seperti yang dijelaskan Emily Rowe.

“Kami pada dasarnya memberikan kondom kepada para lelaki tapi kami tidak mengerti apa yang terjadi. Setiap minggu ada saja orang yang meninggal dan ini membuat kami tertekan. Keadaanya bertambah buruk.”

Mamik mengatakan sebagian pekerja seks sudah menerima kalau HIV itu sudah jadi bagian dari pekerjaan mereka.
“Ada sebagian orang, sebagian PSK tidak mau memakai kondom memang, juga gak percaya dengan HIV. Saya suruh ajak periksa kesini. Katanya biarlah kalau saya kena HIV, kalau saya mati, saya mati. Udah waktunya mati. Nanti kalau pakai kondom lama mainnya, saya cari uang. Ada sebagian orang seperti itu.”

Kembali ke daerah lampu merah, Mona yang berusia 30 tahun, tidak mau berpikiran seperti itu.

Dia tertekad untuk menjaga kesehatan hanya untuk dua alasan yang bagus.

“Kalau semua itu untuk saya paling takut ya. Makanya saya mencegah karena apa, saya pengen sehat lebih lama buat keluarga dan anak-anak saya.”
Terakhir Diperbaharui ( Senin, 06 Desember 2010 11:18 ) 

Sex Bebas, 95 Pelajar Di Bali Terjangkit HIV/AIDS...

DENPASAR- Sebanyak 95 remaja di Bali positif terjangkit virus HIV/AIDS. Sebagian besar tertular melalui hubungan seksual. Fakta memilukan tersebut merupakan hasil penelitian terakhir 2011 yang dilansir Komisi Penanggulangan Daerah (KPAD) Provinsi Bali.

“Kelompok usia 15-19 tahun yang terjangkit HIV/AIDS berjumlah 95 orang merupakan kelompok usia pelajar,” ujar dr Made Oka Negara, pengajar Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana kepada wartawan di Denpasar, Senin (30/5/2011).

Sementara, penyebab penularan HIV/AIDS dari jarum suntik atau IDU cendrung menurun. Penyebab melalui hubungan seksual justru bertambah.

Menurut dia, secara golongan usia maka bisa disimpulkan bahwa tingkat SMP sudah terkena HIV/AIDS.

Oka memaparkan, kelompok usia pelajar yang masih tergolong remaja, sangat rentan terhadap ancaman HIV/AIDS. "Mereka secara psikologis sangat labil sehingga mudah terpengaruh hal-hal yang berbau negatif seperti narkoba dan perilaku seks bebas,” bebernya.

Karena itu, remaja perlu dibekali informasi yang tepat dan hal ini merupakan tanggung jawab semua pihak, yakni pemerintah, orangtua, guru, serta kalangan LSM.

“Remaja perlu dibentuk sebagai pribadi mandiri dan bertanggung jawab agar bisa memilah dan memilih mana hal yang baik dan benar,” ujar Oka yang juga konselor dan dokter klinik Remaja Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Bali.

Fakta lain yang tak kalah mencengangkan, lanjut Oka, pihaknya pernah menemukan kasus kelompok pelajar SMP yang sudah aktif melakukan hubungan seksual setiap pekannya secara rutin dengan mendatangi lokalisasi.

“Ada yang mengaku sebelum berangkat sekolah pada pagi hari pergi ke lokalisasi untuk berhubungan seksual dengan PSK,” ucapnya. Ada istilah populer di kalangan mereka yakni mencari perawan alias PSK yang belum melayani pelanggan lain karena masih pagi hari.

Ironisnya lagi, para PSK juga tetap saja melayani mereka dan tidak mempedulikan apakah pelanggan mereka masih berstatus pelajar atau tidak.

Situasi Narkoba di Indonesia

Situasi Narkoba di Indonesia


Narkotika yang paling sering digunakan di Indonesia adalah marijuana (ganja) dengan perkiraan 1.3% dari total populasi yang menggunakannya,  sesuai laporan UNODC dalam Laporan Narkotika Dunia 2006. Zat Amphetamine (shabu) dan ekstasi juga mempunyai frekuensi pengguna yang tinggi, karena kedua zat tersebut dikonsumsi oleh 0.6% dari populasi, sementara putaw yang juga sudah tersebar meluas, dikonsumsi oleh 0.2% dari jumlah penduduk Indonesia.
Meningkatnya penggunaan ATS (amphetamine type stimulants) di Indonesia, yang melebihi popularitas opium/putau, mencerminkan sebuah tren baru dunia. Harus diingat pula, bahwa di saat Indonesia tidak populer sebagai negara produsen narkoba, ternyata di sini ada beberapa laboratorium ATS terselubung yang berhasil dibongkar pada beberapa tahun terakhir ini, yang mengilustrasikan kenaikan pengguna ATS di Indonesia.
Marijuana diproduksi pada tingkatan yang cukup untuk memenuhi permintaan pasar domestik,dengan mayoritas penanamannya di provinsi Nangroe Aceh Darussalam, walaupun tanaman ini tidak diekspor dalam skala besar. Ribuan pulau di Indonesia serta lokasinya yang berdekatan dengan pelabuhan laut yang sibuk, membuat Indonesia menjadi tempat transit populer di antara daerah penghasil narkoba yang dikenal dengan Segitiga Emas dan Australia.
Meningkatnya jumlah Pengguna Jarum Suntik (IDU) turut menjadi penyumbang dalam peningkatan jumlah orang-orang yang terkena HIV. Berdasarkan penelitian di Jakarta, UNAIDS mengungkapkan bahwa sebanyak 48% dari pengguna jarum suntik telah terinfeksi HIV/AIDS.

Materi Narkoba

NARKOBA

A. Pengertian

Narkoba = Narkotik, psikotropika dan obat terlarang

1. Narkotika, yaitu zat / obat yg berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi yg dapat menyebabkan penurunan kesadaran, menghilangkan / mengurangi rasa nyeri.

contoh : heroin, kokain, morfin, kodein dan ganja. Putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk.

2. Psikotropika, yaitu zat / obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yg menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

contoh : ekstasi, metamfetamin (sabu), pil koplo.

3. Zat Psiko-aktif, yaitu zat lain bukan narkotika dan psikotropika yg berpengaruh pada kerja otak.

contoh : Alkhohol, solven (gas yg mudah menguap), nikotin, kafein.

Pengaruh Narkoba

Perubahan pada suasana hati

a. menenangkan

b. rileks

c. gembira

d. rasa bebas

e. kenikmatan semu

f. krisis yang menetap

g. meningkatkan penampilan

h. bebas dari perasaan waktu

Perubahan pada pikiran

a. stres hilang

b. meningkatkan khayal

Perubahan pada perilaku

a. meningkatkan keakraban

b menghambat nilai

c. lepas kendali

Pola Pemakaian Narkoba

Pola coba-coba, yaitu karena iseng dan ingin tahu. Pengaruh tekanan kelompok sebaya sangat besar.
Pola pemakaian sosial, yaitu pemakaian dg tujuan pergaulan
Pola pemakaian situasional, pemakaian karena situasi co. kesepian, broken heart
Pola habituasi – kebiasaan
Pola ketergantungan – timbulnya toleransi dan atau gejala putus zat

Ciri-ciri pemakai Opiodia

1. Jangka pendek

a. hilangnya rasa nyeri

b. ketegangan berkurang

c. rasa nyaman seperti mimpi dan ngantuk

2. Jangka panjang

a. ketergantungan

b. meninggal

c. komplikasi

d. HIV / AIDS, hepatitis B / C

Ciri-ciri pemakai Ganja

1. Jangka pendek

a. rasa cemas

b. gembira

c. banyak bicara

d. tertawa cekikikan

e. halusinasi

f. peningkatan denyut jantung dan mata merah

2. Jangka panjang

a. daya berpikir berkurang

b. motivasi belajar menurun

c. peradangan paru-paru

d. perubahan pada sel-sel otak

Ciri-ciri pemakai Alkohol

1. Pengaruh jangka pendek

a. mabuk

b. jalan sempoyongan

c. bicara cedal

d. memicu kekerasan

2. Pengaruh jangka panjang

a. kerusakan hati

b. kelenjar getah lambung

c. saraf tepi

d. gangguan jantung, dan kanker.

Alasan orang memakai narkoba

Anticipatory beliefs : anggapan bahwa jika memakai narkoba, orang akan menilai dirinya hebat, dewasa, mengikuti mode.
Relieving beliefs : keyakinan bahwa narkoba dapat digunakan untuk mengatasi ketenangan, cemas & depresi
Facilitative / permissive beliefs : keyakinan bahwa penggunaan narkoba merupakan gaya hidup, karena perubahan zaman / nilai sehingga dapat diterima.

Model-model pencegahan dan penanggulangan

Model Moral – Legal, pendekatan dimana narkoba dan pengedar sebagai suatu yg membahayakan harus dilenyapkan.
Model Medik dan kesehatan masyarakat, karena dianggap sebagai penyakit menular narkoba dan pemakai harus ditangani seperti pemberantasan penyakit
Model psikososial, menempatkan individu sebagai unsur yang aktif, penanggulangannya ditujukan pada faktor perilaku individu
Model sosial budaya, menekankan pentingnya lingkungan dan konteks sosial, misal tidak dibenarkannya orang memakai narkoba
Pendekatan komprehensif, menitik beratkan pada bagaimana menghindarkan narkoba dari penggunaanya oleh masyarakat

Alasan Penyalahgunaan

1. Zat mudah didapat dan murah (availability & acceptability)

Rasa ingin tahu yang besar (curiosity)
Ingin mencoba karena penasaran (experimentation)
Ingin bersenang-senang (just for fun)
Ingin ngetren/gaya (fashionable)
Perasaan tertekan (depresi)

Alasan penyalahgunaan…..

1. Pengaruh teman (peer pressure)

Agar diterima lingkungan
Pelarian dari kebosanan dan kegetiran hidup
Ingin meningkatkan rasa percaya diri
Sikap anti kemapanan (Rebellion)

Faktor Risiko

1. Pada diri pengguna:

a. Faktor dasar (suka menyendiri, suka melawan/ memberontak, suka mencari hal-hal baru)

Melihat teman sepergaulan sebagai pecandu
Tidak mampu menolak narkoba secara tegas
Sikap permisif terhadap perilaku yang bermasalah

2. Pada keluarga:

Keluarga memiliki riwayat sebagai pecandu
Keluarga selalu cekcok
Manajemen keluarga yang buruk
Perilaku orang tua yang kasar, keras dan tidak konsisten
Sikap orang tua yang terlalu permisif terhadap perilaku anak yang cenderung berisiko

3. Di masyarakat:

a. Ketersediaan narkoba

b. Kemiskinan/Kemelaratan

c. Transisi dan mobilitas penduduk

d. Hubungan masyarakat yang renggang

Tanda dini pengguna Narkoba

1. Prestasi menurun

2. Suka bolos dengan alasan yang tidak jelas

3. Mulanya periang jadi pemurung

4. Suka menyendiri/mengurung diri

5. Kamar yang biasa rapi jadi berantakan

6. Cari banyak alasan agar dapat keluar rumah

7. Cara berpakaian tidak rapi

8. Tanda dini pengguna Narkoba

9. Tidak mau lagi makan bersama keluarga

10. Wajah pucat dan kuyu

11. Mata dan hidung berair

12. Tangan gemetar

13. Selalu gelisah

14. Badan lesu dan berat badan menurun

15. Susah tidur

16. Barang pribadi mulai raib

17. Barang orang tua mulai raib

18. Mempunyai teman baru yang tidak dikenal

19. Mudah tersinggung, mudah marah & suka menantang

20. Suka pakai kaca mata hitam

21. Suka pakai baju lengan panjang

22. Mulai kenal rokok

Fakta tentang Narkoba

1. Semua jenis narkoba berisiko & berbahaya

Tidak ada yang tahu pasti kandungan zat di dalamnya
Tak ada jaminan kemurnian dan kekuatan zat serta bahan-bahan lain yang dicampurkan
Mengkonsumsi beberapa jenis zat secara bersamaan (Poli drug use/Cocktail) sangat berbahaya
Umumnya penyalahgunaan narkoba dimulai dari yang ringan (soft drug) seperti rokok, alkohol, ganja, dst.

Peran Pemuda untuk Cegah Narkoba

1. Wujudkan cita-cita dengan meningkatkan prestasi dan mengembangkan bakat demi masa depan

Perdalam iman dan taqwa guna ketahanan diri dalam hadapi dan pecahkan masalah hidup
Laksanakan tugas dan tanggung jawab terhadap diri, keluarga dan masarakat
Berusahalah jadi anggota keluarga yang baik
Hati-hati dalam memilIH teman bergaul
Ikuti kegiatan dalam organisasi sosial kemasyarakatan & tingkatkan kepedulian sosial
Hindarkan perbuatan penyalahgunaan Narkoba

Peran orang tua

1. Bantu anak untuk berfikir positif tentang dirinya:

ú Tunjukkan rasa kasih sayang yang tulus

ú Lewatkan waktu bersama-sama

ú Beri tanggung jawab

ú Beri pujian dan dorongan

Amati dan perhatikan bila ada perubahan sikap dan perilaku anak (waspadai tanda-tanda dini)
Ciptakan keluarga yang harmonis
Kenali dan perhatikan kawan bergaulnya
Salurkan dengan wajar hobi dan bakatnya secara positif
Kenalkan mereka dengan fakta-fakta tentang narkoba, dan ajari untuk bisa berkata tidak terhadap Narkoba

Peran Tokoh Masyarakat & Tokoh Agama

1. Mengajak umatnya untuk meningkatkan iman dan taqwa

Mengajak masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap lingkungan sekitarnya
Mengajak masyarakat untuk tidak mengkonsumsi obat sembarangan/ kecuali dari dokter
Mengisi waktu luang remaja dengan kegiatan kreatif positif
Menggalakkan pertemuan warga untuk membahas masalah yang timbul

Selasa, 20 September 2011

Foto - foto kegiatan KSPAN

nie adalah foto saaat kegiatan KSPAN di Sekolah..
=D




Yakk nie mereka sedang diskusi dengan guru pembinaa... :D

Ini Mega yang lagi baca" brosur KSPAN

  Ini para tutor sebaya yang lagi memberi materi tentang KSPAN =)


Yang ada dipojok berdua ada si ketua KSPAN 10 (Dewa) dan Ayu :D


Nah Kalo yang ini Adalah Bu Purnasih (kanan) dengan Bu Trinadi (kiri) yang sedang memberikan materi tambahan tentang KSPAN...


INI!!!
adalah Adani yang sedang menulis materi tentang KSPAN :D


 Ini adalah siswa KSPAN yang sedang meneriakkan kata WE CAN WE SHARE JAUHI VIRUSNYA BUKAN ORANGNYA AND SAY NO TO DRUGSS!!!!!!!!


 Ini adalah siswa KSPAN yang sedang mencatat materii....
all photo by Putu Sanpala =D